IKUTILAH !!! RUWATAN MASSAL TERPADU DI RADIO NUANSA GROUP "RADIO NUANSA FM 104,5 BOJONEGORO, RADIO ANGLING DARMA FM 89,9 BOJONEGORO, DAN RADIO SUARA BUMI WALI FM 91,5 TUBAN"
Tradisi Ruwatan adalah salah satu bentuk upacara
atau ritual penyucian yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh
masyarakat Demak, Jawa Tengah. Tradisi ini diberlakukan untuk
melestarikan ajaran dari Kanjeng Sunan kalijaga dan digunakan bagi
orang yang Nandang Sukerta atau berada dalam dosa.
Meruwat
bisa berarti mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan
cara mengadakan pertunjukan atau ritual. Umumnya ritual tersebut
menggunakan media Wayang Kulit yang mengambil tema atau cerita Murwakala. Istilah Ruwat berasal dari istilah Ngaruati yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara.
Di
dalam kehidupan Masyarakat Jawa, dikenal tradisi ruwatan. Sedangkan
ruwatan adalah salah satu ritual penyucian yang masih banyak dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan dengan
menggunakan media Wayang Kulit. Tradisi ini dapat dilakukan oleh orang
Jawa ketika mengalami kesialan dalam hidup.
Dalam Bahasa Jawa,
ruwat sama dengan kata luwar yang artinya lepas atau terlepas. Seorang
Dalang bertanggung jawab atas kesialan serta kemalangan karena orang yang
diruwat sudah menjadi anak si Dalang.Dari cerita pewayangan ini,
Masyarakat Jawa meyakini bahwa tradisi ruwatan sangat penting untuk
mereka yang menginginkan keselamatan.
Tradisi ruwatan tidak
terlepas dari pertunjukan wayang yang menceritakan tentang Murwa Kala
yang menjadi muasal sejarah tradisi tersebut. Karena untuk melaksanakan
pertunjukan wayang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tradisi ngruwat
biasa dilakukan secara bersama-sama dalam lingkup pedukuhan atau desa.
Dalam
konteks zaman sekarang, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil darai
tradisi ruwatan. Jika dalam ruwatan seseorang yang akan diruwat
membutuhkan dalang yang ahli dalam bidang ruwat, maka untuk membersihkan
diri kita dapat memulainya dari diri kita sendiri. Menjadi pribadi yang
berkepribadian luhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma di
lingkungannya secara tidak langsung mampu memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan di sekitarnya
Upacara Ruwatan biasa
dilakukan orang Jawa ketika mengalami kesialan hidup. Sebagai misal
adalah anak sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun
kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan dan lain
sebagainya. Ruwatan ini sangat penting khususnya masyarakat Kejawen.
Kejawen merupakan kepercayaan asli Jawa atau kebatinan. Kebatinan
merupakan system kepercayaan yang memberikan dorongan orang yang
melaksanakan ruwatan adalah bagi anak-anak yang mempunyai nasib buruk.
Tradisi
ruwatan mempunyai makna filosofis dalam tahapan prosesi upacaranya,
antara lain :
1) prosesi siraman secara filosofis mengandung nilai
pembersih badan agar manusia yang diruwat dengan menggunakan air terdiri
atas kembang kenanga, kembang melati, dan kembang mawar
2) Sesaji dan
selamatan secara filosofis memiliki nilai agar orang yang diruwat dalam
keadaan selalu selamat
3) Nilai filosofis yang
terkandung dalam upacara penyerahan sarana adalah memberikan
perlindungan terhadap orang yang tergolong sukerta
4) Upacara potong
rambut memiliki nilai filosofis yaitu bahwa segala yang kotor harus
dipotong dan dibuang
5) Nilai filosofis dalam tirakatan merupakan
ungkapan rasa syukur dan ungkapan rasa terima kasih terhadap Tuhan Yang
Maha Esa atas perlindungan dan anugerahnya
6) Wayang juga membawa makna
filosofis bagi kehidupan manusia. Manusia pada umumnya menginginkan
kebaikan, maka kisah wayang itu banyak yang bisa masuk sampai ke hati.
Makna
wayang dalam ruwatan juga membawa makna kehidupan. Pelaksanaan ruwatan
ini ada hubungannya dengan makna dari kesucian jiwa dan raga dalam
kepercayaan masyarakat jawa.
Kesucian jiwa
raga adalah mencapai ketenteraman dan kesucian lahir dan batin. Selain
itu juga mencapai kehidupan yang lebih baik dan suci lahir batin.
Pelaksanaan ruwatan juga bermakna untuk mencapai tujuan hidup manusia
Jawa tersimpul dalam unen-unen, mati sajroning urip, urip sajroning
pejah artinya bahwa yang hidup tetap hidup tetapi yang mati adalah nafsu
lahirnya.
Unen-unen ini mengandung pesan bahwa hidup manusia
hendaknya bisa mengendalikan hawa nafsu. Orang yang tidak bisa menguasai
nafsu berarti mati. Sebaliknya jika orang hidup tanpa nafsu adalah mati
juga. Hidup manusia itu silih berganti seperti halnya perputaran roda.
Dalam
buku Bratawidjaja karya Thomas Wiyasa, yang berjudul Upacara
Tradisional Masyarakat Jawa (1988),orang-orang yang termasuk golongan
Sukerta, antara lain:
1) Ontang-anting: anak laki-laki tunggal dalam
keluarga, tak punya saudara kandung
2) Unting-unting: anak perempuan
tunggal dalam keluarga
3) Gedhana-gedhini: dua anak dalam keluarga,
laki-laki dan perempuan
4) Uger-uger lawang: dua anak laki-laki dalam
keluarga
5) Kembar sepasang: dua anak perempuan dalam keluarga
6)
Pendhawa: lima anak laki-laki dalam keluarga
7) Ngayomi: lima anak
perempuan dalam keluarga
8) Julungwangi: anak lahir pada saat matahari
terbenam
9) Pangayam-ayam: anak lahir saat tengah hari.
Silahkan bagi anda yang mau ikut RUWATAN MASSAL TERPADU yang memadukan antara islami dan jawa di RADIO NUANSA GROUP segera daftarkan diri anda sekarang juga !!!
PELAKSANAAN :
Tempat Pelaksanaan : -
Biaya : Rp. 850.000,- per sukerto (sudah termasuk umbo rampe, kain mori, kembang setaman, kabuli, dll)
TEMPAT PENDAFTARAN :
1. Gerai Sehat Cabang Rengel : Jln. Raya Rengel - Plumpang / 100 meter timur GOA Ngreong (Tuban)
2. Gerai Sehat Cabang Baurno : Jln. PUK Baurno - Kanor / Gg. Cokro Masuk Ke Utara Pasinan (Bojonegoro)
3. Gerai Sehat Cabang Sumberrejo : Jln. Raya Sumberrejo 1192 Bojonegoro (Bojonegoro)
4. Gerai Sehat Cabang Balen : 100 meter Perempatan Balen ke selatan (Bojonegoro)
5. Gerai Sehat Cabang Kapas : Barat Koramil Kapas Bojonegoro (Bojonegoro)
INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI : 0852 3385 0676